Bioprexum Plus

Bioprexum Plus

perindopril + indapamide

Produsen:

Servier
Bahasa Concise Prescribing Info
Komposisi
Perindopril arginin 5 mg, indapamid 1.25 mg.
Indikasi/Kegunaan
Hipertensi esensial yg tdk dpt dikendalikan secara adekuat oleh perindopril saja.
Dosis/Cara Penggunaan
1 tab 1 x/hr.
Pemberian
Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong: Berikan sblm makan.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas thd perindopril & indapamid, ACE inhibitor lainnya, sulfonamid lainnya. Riwayat angioedema (edema Quincke) yg terkait dg pemberian terapi ACE inhibitor sebelumnya. Angioedema herediter/idiopatik. Penggunaan bersama dg produk yg mgd aliskiren pd pasien dg DM atau ggn ginjal (laju filtrasi glomerulus/LFG <60 mL/mnt/1.73 m2). Penggunaan bersama  dg terapi sakubitril/valsartan. Terapi ekstrakorporeal mengakibatkan kontak darah dg permukaan yg bermuatan negatif. Stenosis arteri ginjal bilateral yg signifikan atau stenosis arteri pd satu ginjal yg masih berfungsi. Ggn ginjal berat. Ensefalopati hepatik. Ggn hati yg parah. Hipokalemia. Kombinasi dg obat non-antiaritmia menyebabkan torsades de pointes. Karena kurangnya pengalaman terapeutik, sebaiknya tdk digunakan pd pasien dialisis & pasien dg gagal jantung dekompensasi yg tidak diobati. Hamil trimester 2 & 3. Laktasi.
Perhatian Khusus
Litium, diuretik hemat K, suplemen K, & pengganti garam yg mengandung K; blokade ganda sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) melalui kombinasi penggunaan ACE-inhibitor, ARB atau Aliskiren: Tdk dianjurkan krn adanya peningkatan risiko hipotensi, hiperkalemia & penurunan fungsi ginjal (termasuk gagal ginjal akut). Tdk boleh digunakan pd pasien dg nefropati diabetik bila dikaitkan dg penggunaan ARB. Pasien dg penyakit pembuluh darah kolagen, terapi imunosupresan, terapi dg allopurinol atau prokainamid. Pemantauan berkala terhadap jumlah sel darah putih disarankan. Peningkatan risiko hipotensi & insufisiensi ginjal pada pasien dengan stenosis arteri ginjal bilateral atau stenosis arteri pd satu ginjal yg berfungsi. Diuretik mungkin menjadi faktor penyebabnya. Hilangnya fungsi ginjal dapat terjadi pada pasien dengan stenosis arteri ginjal unilateral. Hentikan pengobatan & pantau sampai gejala hilang sepenuhnya jika terjadi hipersensitivitas/angioedema, angioedema usus. Angioedema yang berhubungan dengan edema laring dapat berakibat fatal. Kombinasi dg sakubitril/valsartan (kontraindikasi karena peningkatan risiko angioedema). Sakubitril/valsartan tdk boleh dimulai sampai 36 jam ssdh penggunaan dosis terakhir terapi perindopril. Terapi perindopril tdk boleh dimulai sampai 36 jam setelah dosis terakhir sacubitril/valsartan. Penggunaan bersamaan dengan penghambat ACE dengan penghambat NEP (misalnya racecadotril), penghambat mTOR (misalnya sirolimus, everolimus, temsirolimus) & gliptin (misalnya linagliptin, saksagliptin, sitagliptin, vildagliptin) dpt meningkatkan risiko angioedema. Hati-hati saat memulai racecadotril, penghambat mTOR (misalnya sirolimus, everolimus, temsirolimus) & gliptin (misalnya linagliptin, saxagliptin, sitagliptin, vildagliptin) pd pasien yg sudah memakai ACE inhibitor. Reaksi anafilaktoid terisolasi yang mengancam jiwa selama pengobatan desensitisasi dengan racun hymenoptera (misalnya lebah, tawon). Pasien alergi diobati dengan desensitisasi & hindari pada pasien yang menjalani imunoterapi racun. Untuk sementara menggunakan ACE inhibitor selama minimal 24 jam sebelum desensitisasi. Untuk sementara, tahan perawatan sebelum setiap apheresis. Pertimbangkan penggunaan jenis membran yang berbeda atau golongan obat antihipertensi yang berbeda selama dialisis dengan membran fluks tinggi. Tidak dianjurkan pada pasien dengan hiperaldosteronisme primer (tidak merespons obat yang bekerja melalui penghambatan sistem renin-angiotensin). Hentikan pengobatan jika terjadi ensefalopati hepatik yang dapat berkembang menjadi koma hepatik; fotosensitifitas. Penggunaan bersamaan dengan sultopride. Hentikan pengobatan jika terjadi insufisiensi ginjal fungsional tanpa adanya lesi ginjal yang sudah ada sebelumnya & mungkin dimulai kembali dengan dosis rendah atau hanya dengan 1 komponen. Pantau K & kreatinin, setelah 2 minggu pengobatan & kemudian setiap 2 bulan selama periode stabilitas terapeutik. Tidak dianjurkan untuk stenosis arteri ginjal bilateral atau ginjal tunggal yg masih berfungsi. Hipotensi mendadak jika sudah ada sebelumnya deplesi Na (khususnya jika stenosis arteri ginjal): tingkatkan kembali volume & tekanan darah, mulai kembali pengobatan dengan dosis yang dikurangi atau hanya dengan 1 komponen. Pantau level K secara teratur. Tidak boleh diberikan pada pasien dengan masalah keturunan berupa intoleransi galaktosa, defisiensi laktase total, atau malabsorpsi glukosa-galaktosa. Batuk kering. Risiko hipotensi arteri, &/atau insufisiensi ginjal pada kasus kekurangan cairan & elektrolit pd pasien dg tekanan darah rendah, stenosis arteri ginjal, gagal jantung kongestif atau sirosis dg edema & asites. Mulai pengobatan dg dosis rendah pd pasien dg penyakit jantung iskemik atau insufisiensi sirkulasi serebral. Mulai perawatan di rumah sakit; pantau fungsi ginjal & K pda pasien dg hipertensi renovaskular. Kurangi dosis awal pd pasien dg insufisiensi jantung berat (derajat IV). Anemia. Pantau glukosa darah jika terjadi hipokalemia pd pasien diabetes. Pd pasien berkulit hitam, memiliki insiden angioedema yg lebih tinggi dan kurang efektif dalam menurunkan tekanan darah dibandingkan pd pasien non-kulit hitam. Hentikan pengobatan 1 hari sblm operasi. Gunakan secara hati-hati jika terdapat hambatan pd saluran keluar ventrikel kiri. Hentikan pengobatan jika tjd ikterus atau peningkatan enzim hati yg jelas. Pantau kadar K darah secara sering jika tjd insufisiensi ginjal; perburukan fungsi ginjal, usia (>70 tahun). Pd pasien DM pengobatan harus dimulai dg dosis awal dikurangi, di bawah pengawasan medis. Dehidrasi; dekompensasi jantung akut; asidosis metabolik; & penggunaan bersamaan dengan diuretik hemat K, suplemen K, pengganti garam yang mengandung K & terutama antagonis aldosteron atau penghambat reseptor angiotensin. Dapat menyebabkan aritmia yang serius dan terkadang fatal. Uji kadar Na sebelum pengobatan; pemantauan yang lebih sering pada pasien usia lanjut & sirosis, hiponatremia disertai hipovolemia mungkin menyebabkan dehidrasi & hipotensi ortostatik. Hilangnya ion Cl secara bersamaan dapat menyebabkan alkalosis metabolik kompensasi sekunder. Risiko tinggi hipokalemia pada lansia &/atau malnutrisi, pasien sirosis dengan edema & asites, pasien gagal jantung & koroner, interval QT panjang; pemantauan yang lebih sering diperlukan dalam semua kasus; dapat menyebabkan gangguan otot & rabdomiolisis; dpt memicu timbulnya Torsades de pointes yg mungkin berakibat fatal. Hentikan pengobatan jika terjadi hiperkalsemia sblm memeriksa fungsi paratiroid. Peningkatan kecenderungan serangan asam urat. Insufisiensi ginjal fungsional: Pengobatan hrs dihentikan & mungkin dimulai kembali dg dosis rendah atau hanya dg 1 konstituen; pantau kadar K & kreatinin scr sering. Pd atlet, dpt menyebabkan hasil tes doping positif.  Hentikan penggunaan obat sesegera mungkin jika terjadi efusi koroid, miopia akut, dan glaukoma sudut tertutup sekunder. Perlu dipertimbangkan utk segera dilakukan perawatan medis atau bedah jika TIO tetap tdk terkontrol. Hentikan pengobatan selama hamil. Anak & remaja. Lansia.
Efek Samping
Reaksi hipersensitivitas, pusing, sakit kepala, parestesia, disgeusia, gangguan penglihatan, vertigo, tinitus, hipotensi, batuk, dipnea, sakit perut, sembelit, diare, pencernaan yg terganggu, mual, muntah, pruritus, ruam, ruam makulo-papular, kejang otot, asthenia . Eosinofilia, hipoglikemia, hiperkalemia, hiponatremia, perubahan mood, gangguan tidur, mengantuk, sinkop, jantung berdebar, takikardia, vaskulitis, bronkospasme, mulut kering, urtikaria, angioedema, purpura, hiperhidrosis, reaksi fotosensitifitas, pemfigoid, artralgia, mialgia, insufisiensi ginjal, ereksi disfungsi, nyeri dada, malaise, edema perifer, demam, peningkatan ureum & kreatinin darah, jatuh. Kejengkelan psoriasis, kelelahan, peningkatan bilirubin darah & enzim hati. Rinitis, agranulositosis, anemia aplastik, pansitopenia, leukopenia, neutropenia, anemia hemolitik, trombositopenia, hiperkalsemia, kebingungan, stroke kemungkinan akibat hipotensi berlebihan pe pasien berisiko tinggi, aritmia (termasuk bradikardi, takikardi ventrikel, fibrilasi atrium), angina pektoris & infark miokard (sekunder akibat hipotensi pd pasien berisiko tinggi), pneumonia eosinofilik, pankreatitis, hepatitis, kelainan fungsi hati, eritema multiforme, nekrolisis epidermal toksik, sindrom Stevens-Johnson, gagal ginjal akut, penurunan Hb & hematokrit. Deplesi K dg hipokalemia yg sangat serius pd populasi yg berisiko tinggi, ensefalopati hepatik (dalam kasus insufisiensi hati), miopia, penglihatan kabur, Torsades de pointes (berpotensi fatal), kemungkinan memburuknya penyakit lupus eritematosus diseminata akut yg sdh ada sebelumnya, peningkatan glukosa darah & asam urat darah, interval QT  memanjang pd hsl tes EKG, fenomena Raynaud. Sindrom inappropriate antidiuretic hormone secretion (SIADH) dpt dianggap sebagai komplikasi terkait terapi ACE inhibitor yg sangat jarang terjadi.
Interaksi Obat
Kontraindikasi: Aliskiren (pd pasien diabetes atau ggn ginjal), pengobatan ekstrakorporeal, sakubitril/valsartan. Tdk dianjurkan: Aliskiren (pd pasien lain), litium, diuretik hemat K, terapi bersamaan dg ACE inhibitor & ARB, estramustin, kotrimoksazol, garam K, sultoprid. Perawatan khusus: Baklofen, OAINS (termasuk ASA ≥3 g/hr), obat antidiabetes, obat yg menginduksi Torsades de pointes, obat penurun K, diuretik non hemat K, diuretik hemat K, persiapan digitalis, rasekadotril, inhibitor mTOR ( misalnya sirolimus, everolimus, temsirolimus), alopurinol. Beberapa perawatan: Antidepresan seperti imipramin (trisiklik), neuroleptik, obat antihipertensi & vasodilator, heparin, alopurinol, agen sitostatik atau imunosupresif, kortikosteroid sistemik atau prokainamid, obat anestesi, gliptin (misalnya, linagliptin, saksagliptin, sitagliptin, vildagliptin), simpatomimetik, emas, diuretik hemat K, metformin, media kontras iodinasi, Ca (garam), siklosporin, takrolimus, tetrakosaktid.
Klasifikasi MIMS
ACE Inhibitor/Direct Renin Inhibitor / Diuretik
Klasifikasi Kimiawi Terapeutik Anatomis
C09BA04 - perindopril and diuretics ; Belongs to the class of ACE inhibitors in combination with diuretics. Used in the treatment of cardiovascular disease.
Bentuk Sediaan/Kemasan
Form
Bioprexum Plus Tab salut selaput
Packing/Price
30's (Rp496,356/pak)
Register or sign in to continue
Asia's one-stop resource for medical news, clinical reference and education
Already a member? Sign in
Register or sign in to continue
Asia's one-stop resource for medical news, clinical reference and education
Already a member? Sign in